Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

TAK "MESKIPUN" I'M NUHMI
Rifyan Ridwan Saleh

TAK “MESKIPUN” I’M NUHMI



Berita Baru, Gorontalo– Terlalu sempit, ya bahkan sangat sempit. Pandangan bahwa seseorang yang memiliki orientasi pada beberapa organisasi itu mengalami ‘split of identity’, ternyata pandangan purba seperti ini masih dengan mudah untuk kita jumpai bahkan dikalangan aktivis dan akademisi yang mengklaim memiliki ‘open minded’.

Apalogi paling ‘kuat’ adalah fokus pada satu organisasi saja, bukan pada cita-cita dan tujuan organisasi. Bagaimana perjuangan untuk melanjutkan apa yang telah ditintis oleh para pendahulu organisasi atau bahkan para pendiri bangsa yang telah meletakkan cita-cita kemerdekaan beberapa dekade silam.

Tulisan ini adalah respon atas pandangan senonoh diatas, ‘mereka’ yang beranggapan bahwa penulis adalah kader HMI sekaligus kader Nahdlatul Ulama telah mengalami identitas ganda dan ‘tidak jelas’.

Tidak jelas? tentu ini terlalu prematur ketika melihat fakta-fakta dan realitas proses keorganisasian dan politik yang menyebabkan hal ini menjadi wajar. Kini pandangan ‘meskipun HMI tapi juga NU’ tak lagi zamannya atau sudah ketinggalan zaman. Sebab kini setelah fenomena politik 1998 sudah tidak lagi yang disisipkan karena banyak kader NU yang menjadi pengurus elit PBNU juga ternyata adalah alumni HMI. Putra-putra atau gus-gus kyai-kyai besar NU pun juga banyak yang ikut aktif di HMI.

NU didirikan oleh KH. Hasyim Asyari dengan tujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sama halnya dengan cita-cita Kanda Lafran Pane mendirikan HMI, yaitu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Tokoh-tokoh pemikir seperti Gus Dur dan Cak Nur pun tak pernah melihat perbedaan wadah ini sebagai sesuatu yang perlu untuk didikotomikan, sebab bersatu dalam cita-cita yang sama. Pikiran-pikiran mereka yang sering kita konsumsi pun begitu toleran dan damai membawa pesan-pesan perubahan menuju masyarakat baru yang lebih maju dalam bingkai keumatan dan kebangsaan.

Terlepas dari itu, perbedaan pandangan politik dibeberapa momentum antara NU dan HMI adalah proses pendewasaan yang memperjuangkan kebenaran dengan pijakan dan keberpihakan yang penuh tanggungjawab. Sebab jika orang-orang baik tidak melibatkan diri dan mengambil peran dalam konsensus besar yang mempengaruhi arah gerak peradaban tentu ruang kosong itu akan diisi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Tak lagi meskipun, sebab pilihan belajar dan berproses di dua tempat yang berbeda ini akan bersatu dijalur perjuangan yang sama, dengan peran dan tanggungjawabnya masing-masing, kepaskan egosentris dan sentimenisme yang berlebihan. Sebab pada intinya NU dan HMI adalah wadah perjuangan untuk mengawal dan menjaga ummat dan bangsa yang besar ini, singkirkan pikiran purba itu!

Salam perjuangan!

Penulis:
Rifyan Ridwan Saleh
Wabendum PB HMI 2021-2023
MKNU PCNU Jakarta Barat

Iklan Idul Fitri KPU Pohuwato