
Sosok Aiptu Mikel Non Muslim Bantu Penyembelihan Hewan Kurban di Polres Pohuwato

Berita Baru, Pohuwato – Hari Raya atau Lebaran Idul Adha tak hanya mengajarkan makna pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan kepada Sang Pencipta, tetapi juga menjadi momentum memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial.
Di tengah semangat berbagi itulah, muncul sosok inspiratif dari Polres Pohuwato yang mencuri perhatian.
Adalah Aiptu Meikel Herman, seorang anggota polisi yang bertugas sebagai Kasi TIK di Polres Pohuwato.
Meski beragama Kristiani, Meikel tak canggung terlibat langsung dalam prosesi penyembelihan hewan kurban, Jumat (6/6/2025), bersama puluhan rekannya yang lain.
Dengan tangan terampil dan senyum yang tak lepas dari wajahnya, Meikel turut memotong dan membagikan daging kurban.
Peluh membasahi tubuhnya, namun tak sedikit pun mengurangi semangatnya dalam membantu. Bagi Meikel, berbagi dan tolong-menolong adalah nilai universal yang harus dijunjung tinggi oleh siapa pun, tanpa melihat latar belakang agama maupun kepercayaan.
“Tiap tahun saya selalu ikut membantu proses kurban di sini. Ini sudah jadi bagian dari kebersamaan kami di Polres. Kami saling mendukung dalam suka dan duka,” ungkap Meikel singkat, sambil terus bekerja dengan cekatan.
Aksi Aiptu Meikel ini menjadi cermin nyata bahwa toleransi bukan hanya wacana, melainkan sebuah tindakan nyata yang membumi.
Ia menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur dalam Idul Adha — seperti pengorbanan dan keikhlasan — bisa dirasakan dan dijalankan oleh siapa saja, termasuk dirinya yang sebagai seorang Kristiani.
Kapolres Pohuwato, AKBP Busroni mengatakan bahwa, pada Idul Adha kali ini, selain Meikel, terdapat beberapa anggotanya yang terlibat dalam pengamanan di tempat-tempat ibadah umat Islam.
“Ada beberapa anggota non Muslim yang terlibat langsung. Ada yang terlibat penyembelihan, dan ada yang mengamankan di Masjid Agung Baiturrahim serta masjid-masjid lainnya. Alhamdulillah mereka begitu antusias,” ungkap Busroni.
Kapolres Busroni menambahkan, tahun ini, Polres Pohuwato menyembelih sebanyak 12 ekor sapi.
“Ada 12 ekor. Inshaallah dagingnya akan dibagikan ke masyarakat sekitar, agar semua bisa menikmati,” tambahnya.
Kisah Aiptu Meikel Herman menjadi pengingat bahwa, dalam kehidupan berbangsa, perbedaan bukanlah penghalang untuk berbuat kebaikan.
Sebaliknya, dari keberagaman itulah lahir harmoni yang memperkuat persatuan. Dan pada hari raya kurban ini, pelajaran tentang kemanusiaan justru hadir dari mereka yang berada di luar lingkar tradisi, namun memilih untuk terlibat karena cinta dan kepedulian sesama.