Korwil BEM-DEMA Se-Sulawesi Angkat Bicara Soal Penanganan Covid-19
Berita Baru, Kendari – Pandemi COVID-19 di Indonesia membawa dampak sosial-ekonomi yang besar di luar sektor kesehatan. Dampaknya multisektoral dan efeknya akan terlihat dalam jangka waktu panjang, tak terkecuali mempengaruhi pula sektor pendidikan.
Saat ini, pemerintah pun telah mengimbau masyarakat untuk siap beradaptasi dengan pandemi COVID-19 dalam waktu yang cukup lama.
Bahkan, organisasi internasional seperti World Bank dan WHO juga tengah menyiapkan panduan dari sisi kesehatan dan ekonomi selama hidup bersama COVID-19.
Menanggapi hal itu, Korwil Sultra BEM DEMA se-Sulawesi, Abd. Wahid Akhyarudin menyebut pihaknya mendukung langkah pemerintah tersebut, agar masyatakat dapat menjalankan aktifitas ekonomi, pendidikan dan lainya dengan normal termasuk tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
“Sehingga sekolah, kampus bisa dibuka lagi dengan prokes tersebut, saya mengevaluasi bahwa dengan terlaksananya belajar online ini hampir genap dua tahun, saya melihat ini tidak efektif karena di daerah-daerah secara umum dan terkhusus Sultra masih ada yang kurang dari fasilitas sarana prasana pendukung jaringan,” ujarnya Kamis (12/8)
“Sehingga itu juga membuat jenuh, membuat turunya semangat belajar dan kurangnya keaktifan akan pembelajaran yang disampaikan,” lanjut Presma BEM STMIK Catur Sakti Kendari itu.
Kemudian dirinya juga menyorot terkait bantuan pendidikan yang harus sesuai dengan target penerima.
“Untuk bantuan pada pelajar dan mahasiswa yang Insya Allah akan digelontorkan Kemendikbud, agar bisa sampai infonya ke pelajar dan mahasiswa yang ekonomi ke bawah atau yang benar-benar membutuhkan, jika tidak mendapatkan bantuan bisa menyebabkan putus sekolah,” papar Akhyarudin.
Dirinya juga menyampaikan harapan agar pemerintah tidak mewajibkan vaksin menjadi syarat untuk bepergian dan mengurus perizinan hingga dokumen.
“Sehingga akan membuat masyarakat ada paksaan untuk vaksin, bukan dari naluri hati karena pengetahuan akan dampak baik dari vaksin tersebut yang membuat masyarakat ada yang ikut vaksin dengan mengkonsumsi sesuatu yang dianggap untuk penyeteril vaksin demi mendapatkan surat vaksin.
Sosialisasi terkait vaksinasi, yang menurutnya perlu lebih ditingkatkan. Dukungan masyarakat akan terbentuk apabila pemahaman tentang vaksin dan program vaksinasi itu sendiri telah terbentuk.
Termasuk dengan sosialisasi hidup berdampingan dengan COVID-19. Jika kesadaran masyarakat akan penerapan berbagai protokol kesehatan meningkat, maka itu akan memungkinkan menggerakkan masyarakat melaksanakan iklim baru bersama-sama untuk memungkinkan hidup berdampingan dengan COVID-19 tanpa rasa takut.
“Bisa juga sosialisasi digital atau berbasis informasi teknologi.
Kami harapakan pemerintah sebagai pemegang kewenangan keputusan di negara, untuk melakukan sosialisasi terkait pemindaan kebiasaan masyarakat UMKM ,UKM dari offline ke online,” tukas Akhyarudin.
“Nantinya masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan akan cara bertahan hidup dengan hasil usaha masing-masing sehingga mulai dari masyarakat, daerah, negara. Semoga bisa sama-sama keluar dari resesi ekonomi dan mandiri dengan ekonomi digital,” pungkasnya. (**)