Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Korwil BEM dan DEMA Sultra Desak Pembelajaran Tatap Muka Segera Dimulai

Korwil BEM dan DEMA Sultra Desak Pembelajaran Tatap Muka Segera Dimulai



Iklan Idul Fitri KPU Pohuwato

Berita Baru, Sultra – Proses belajar mengajar di musim pandemi ini dilaksanakan secara online atau secara daring untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 di kalangan guru dan pelajar. Namun, kebijakan pembelajaran secara daring ini dinilai sangat carut marut.

Hingga saat ini, belum ada kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia untuk segera mengadakan pembelajaran secara tatap muka lagi.

Namun, khusus di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah ada kabar gembira yang disampaikan oleh Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra Drs. Asrun Lio, M.Hum, Ph.d.

Kabar gembira itu disampaikan saat menjadi pemateri Webinar Dialog Kemerdekaan 76 Tahun dengan Tema : Peran Mahasiswa dan Siswa 76 Tahun Merdeka, Pemuda Sultra Untuk Indonesia” pada hari Sabtu 22 Agustus 2021.

Saat itu Asrun Lio mengatakan pembelajaran tatap muka Insya Allah akan segera dilaksanakan dengan syarat:

  1. Mematuhi Protokol Kesehatan secara ketat.
  2. Ada izin dari pemerintah kabupaten/kota.
  3. Ada izin dari pihak orang tua/wali. Kombes Pol Tumpal Dawayanus, S.H.,M.H (KARO OPS) yang mewakili Polda Sultra pada saat Webinar Dialog Kemerdekaan 76 tahun tersebut menyampaikan bahwa Polda Sultra turut mendukung dan akan membantu jika hal tersebut bisa dilaksanakan dengan memenuhi tiga syarat tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Korwil Sultra BEM DEMA se- Sulawesi Akhyar mengungkapkan pihaknya menginginkan segera direalisasikan pada pembelajaran semester selanjutnya. Karena menurut dia, belajar di masa pandemi secara online ini, pembayaran SPT dan UKT tetap normal. Sementara belum ada kebijakan Kemendikbud dan pihak Kampus untuk menurunkan biaya itu.

“Bantuan kuota internet sendiri, saya melihat mandek dan bantuan bantuan lain-nya pada mahasiswa/siswa ini juga tidak segera dicairkan,” ungkap Akhyar (25/8/2021).

Di lain sisi lanjut dia, mahasiswa/anak sekolah disuruh untuk belajar sendiri di rumah dan ini sangat tidak efektif. Tidak ada jaminan belajar secara serius seperti yang dilakukan di bangku sekolah / kuliah. “Bukannya untuk belajar, tapi banyak bermain game. Tugas-tugas anak sekolah padat, akhirnya dibantu oleh orang tuanya sendiri,” ujarnya.

“Bermalas-malasan, dan ada juga sama sekali tidak pedulikan lagi sekolah/kampusnya,” tambahnya.

Meskipun begitu masih kata dia, ada juga mahasiswa/siswa yang memanfaatkan waktunya untuk membantu orang tua berdagang ,membantu orang tua di kebun dan sawah. Ada juga yang membuka usaha online , berdagang dan bertani.

Meski ada hal positifnya, namun Akhyar lebih melihat kepada sisi negatifnya. Menurutnya, pembelajaran online ini jika dibiarkan terus menerus bisa membuat makin merosotnya pendidikan di negara kita.
“Dikhawatirkan rasa nasionalisme dan kualitas pendidikan kita akan semakin sulit melahirkan generasi-generasi unggul di daerah,” katanya.

Seharusnya generasi muda ini kata dia banyak dilakukan pembinaan dan pemantapan, mulai dari leadership, kompetensi bakat dan minat masing-masing serta kemandirian dan akhlakul karimah.
“Olehnya itu, saya harapkan Kemendikbud dan terkhusus Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sultra untuk segera bisa menyusun dan mengimplementasikan sistem pendidikan di daerah-daerah yang bermutu dengan merdeka belajar yang telah dicanangkan tersebut,”harapnya.

Akhyar berharap hal tersebut segera diimplementasikan secara menyeluruh. Dan yang lebih penting menurut dia, menjamin kualitas guru dan intensif guru-guru, terutama guru honorer yang selalu dikesampingkan.

“Kami bisa turut hadir berkontribusi pada daerah-daerah dan negara menjadi generasi-generasi unggul, profesional dan religius. Generasi Muda Sultra untuk Indonesia,” pungkasnya. (**)