Generasi Milenial Menjadi Fokus Utama Pembangunan Pertanian Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk membangun sektor pertanian lebih banyak ditargetkan pada milenial kawula muda, bahwa bagaimana kaum milenial itu tertarik untuk mau bertani.
Salah satu Staf Presiden di Bidang SDM, Rini Modouw menyebutkan bahwa salah satu kekhawatiran dari pemerintah saat ini adalah minimnya petani di usia muda hingga dikhawatirkan di kemudian hari jumlah petani itu sangat berkurang.
“Data BPS menunjukkan bahwa persentase petani yang berusia 30 tahun ke atas lebih banyak dibandingkan di bawah itu. Ketahanan pangan ini kan bahaya kalau kita tidak punya pekerja pekerja yang produktif pada periode Sampai 2045 nanti,” ungkapnya.
Rini menilai bahwa target dari percepatan pembangunan Indonesia Timur, khususnya Papua, lebih difokuskan di pertanian, bahwa “ketahanan pangan itu sendiri program dari petani milenial”.
Persiapan ke arah target tersebut, menurut Rini, juga sudah dipersiapkan, mulai dari basisnya di Kementerian, lalu di daerah-daerah, hingga eksekutor di lapangan yang banyak diisi oleh generasi milenial.
“Namun, menurut kami, di SDM, ke depan yang perlu dikeluarkan adalah character building dari petani itu sendiri, artinya ketahanan secara personal dari petani milenial itu sendiri untuk tetap di bidang itu,” ujarnya.
Karena itu, ia menegaskan bahwa untuk mau membuat generasi milenial bertani di kampung, berarti harus membuat sesuatu yang menarik generasi milenial untuk mau berada di kampung, terutama di bidang pendidikan.
“Untuk itu, pendidikan harus ada di desa, harus dibangun di desa. Pendidikan tidak lagi difokuskan di kota. Oleh karena itu vokasi sangat penting sekali karena itu presiden ingin sekali vokasi itu kita teruskan dan kita tingkatkan, baik dengan pelatihan-pelatihan dan pembentukan kelompok-kelompok informal yang menitikberatkan kepada pengembangan teknologi dan pengembangan character building itu sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Harlina Sulistyorini mengatakan bahwa pihaknya memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas generasi milenial di desa agar kembali berminat membangun ekonomi Desa berbasis sektor pertanian.
“Salah satu kebijakan kami adalah three in one, bagaimana melakukan pendampingan kemudian pelatihan dan kemudian penguatan stimulan usaha. Itu kita lakukan bekerja sama dengan para stakeholder, mitra pembangunan swasta dan sebagainya, dan kita lakukan juga dengan menarik atau memakai pemanfaatan kelembagaan ekonomi yang ada di desa atau BUMDes [Badan Usaha Milik Desa. Red],” ungkapnya.
Dalam implementasinya, Harlina mengatakan sudah ada beberapa desa yang pengurus BUMDes atau ketua BUMDes-nya milenial dan itu karena memang banyak pemuda yang punya passion di sana.
Pada gilirannya, Bupati Fakfak, Untung Tamsil juga menekankan bahwa untuk bisa mensukseskan program pemerintah Petani Milenial di Fakfak harus dibutuhkan kerja sama dan koordinasi dari berbagai pihak.
“Pemerintah tidak bisa sendiri. Ini pasti. Pasti ada campur tangan yang lain, jadi pihak-pihak yang nanti akan kita minta dukungan adalah misalnya di penguatan sumber daya keuangan dan pembiayaan, pihak Bank misalnya,” ungkapnya.
Untung juga menegaskan bahwa petani milenial atau dikenal dengan Smart Farming di Fakfak sudah menyesuaikan dengan kebijakan dari Presiden Joko Widodo.